Perang dunia ke 2 di abad ke 30 teknologi semakin canggih, tapi dunia tetap sama. Masih ada kota dan hutan, kaya dan mskn, pun moral yang semakin hancur, manusia yang serakah.

Kala perang duna, pada petinggi negara dilarikan ke hutan ke tempat ppersembunyian yang aman bersama beberapa pasukan khusus untuk melindunginya dari perang yang sedang terjadi di tiap kota di negara. Ada juga anak kecil yang berbakat juga dilarikan ke hutan serta beberapa pengasuh untuk merawat mereka, anak kecil tersebut dimaksudkan untuk menjadi aset sebagai penerus negara nantinya.

3 tahun berlanjut, persediaan makanan habis dan ternyata rencana awal dalam melindungi anak kecil sebagai penerus bangsa bukanlah lagi prioritas. Para manusia yang serakah yaitu para petinggi negara dan yang lainnya memaksa anak kecil tersebut untuk bersedia menjadi sajian mereka sebagai santapan makan untuk para petinggi yang kelaparan.

Setiap harinya ada saja anak yang menjadi korban dan disantap. Usia rata-rata anak kecil itu berusia delapan hingga lima belas tahun. Mereka sangat ketakutan seakan tiada lagi Tuhan untuk zaman yang semakin gila ini.

Tahun demi tahun berlalu, dari ribuan anak kini tinggal puluhan, perang masih berlanjut pun semakin sengit. Anak kecil yang tersisa tinggal sedikit dan mereka sudah berumur sekitar delapan belas tahun, dan berencana untuk balas dendam atas perbuatan para petinggi kepada saudara sekurung mereka.

Perang telah usai dan para petinggi dikembalikan ke kota. Sedangkan anak-anak yang tersisa direncanakan untuk segera dimusnahkan. Beberapa kelompok anak kecil berencana keluar dari hutan karantina itu dengan membunuh petugas yang berjaga dengan meracuninya, mencuri kendaraan lalu kabur.

Setelah berhasil keluar, sekelompok anak tersebut masih berniat untuk membalaskan dendam kepada para petingg negara tersebut. Anak-anak terus berkendara melalui beberapa pedesaan sebelum mencapai pusat kota. Mereka harus menghadapi beberapa pasukan khusus yang ditugaskan para petinggi untuk menangkap dan memusnahkan mereka.

Sekelompok anak kecil yang berjumlahkan sebelas orang tersebut akhirnya berpencar agar tak mudah tertangkap dan mereka sepakat bertemu di suatu tempat ketika mereka berhasil meloloskan dari dari penangkapan. Terbagi menjadi tiga kelompok kecil dengan pembagian tiga orang, empat orang, lima orang.

Kelompok dengan tiga orang dikejar habis-habisan oleh dua orang pasukan hingga ke lautan, mereka berenang saling berkejaran. Satu anak mati, dan dua pasukan juga mati dari hasil mereka berkelahi. Dua orang anak kecil yang lolos akhirnya berusaha pergi ke tempat pertemuan kelompok anak-anak tersebut seperti yang telah ditentukan.

Lalu dengan lima anggota anak kecil yang sedang dikejar memakai kendaraan terpaksa harus mati semua. Mereka dibunuh melalui udara, dengan memakai tembakan dari satelit, mereka hangus yang berbekas hanyalah abu hitam di tanah.

Kelompok kecil satunya berjumlah empat orang yang hampir meraih tempat pertemuan. Sayangnya para petinggi sudah tahu keberadaan mereka, mereka akhirnya ditangkap hidup-hidup untuk segera dipenjarakan lalu dihukum mati. Salah satu dari kelompok anak kecil tersebut memberontak dan berusaha melarikan diri saat terjadinya penangkapan, alhasil malah gagal. Lalu anak tersebut berteriak dan mengancam akan memberitahukan kisah hutan karantina kepada masyarakat. Tapi para petinggi mengatakan kepadanya bahwa: masyarakat tidak akan percaya begitu saja apa yang akan dikatan anak kecil tersebut, selain tidak adanya bukti yang otentik, juga berkahirnya perang akan menyibukkan masyarakat untuk membangun kembali peradaban mereka serta negara membutuhkan para petinggi mereka untuk memerintah kembali. Alhasil, keempat anak kecil tersebut berhasil di hukum mati.

Para petinggi negara sudah merasa tenang dan saat ini sibuk dengan kursinya masing-masing. Mereka tidak menyadari bahwa ada tersisa dua anak kecil lagi yang masih hidup dan masih terambang di lautan berenang mencoba ketepian, yang akan menjadi sebuah ancaman besar karena dua anak kecil itu membawa barang bukti berupa foto-foto kejadian serta video amatir yang mereka ambil secara diam-diam pada waktu di hutan karantina.

Dari dua anak kecil tersebut, satu mati akibat tidak tahannya akan suhu air yang begitu dingin serta kelelahan berenang. Satu yang hidup akhirnya membawa semua barang bukti dan diselamatkan oleh kapal nelayan yang tak sengaja menghampirinya. Anak tersebut masih berusaha menuju ke tempat pertemuan yang telah ditentukan kelompok anak kecil itu, dan dia tidak tahu bahwa semua rekannya telah tewas terbunuh.

Apakah tempat pertemuan itu aman?
Apakah ia bisa selamat hingga membuktikan keadaan?
Apa yang terjadi ketika ia tahu bahwa semua rekannya telah tewas?
Siapakah yang dapat membantunya sedangkan tidak ada satupun yang dapat mendukungnya?
Bagaimana kisah kelanjutannya, saya pun tidak tahu karena saya terbangun dari tidur ‘_’ hohoho..
See you..